Minggu, 08 Januari 2012

Tolak Bala Bencana Merapi, Tanam Kepala Sepasang Kerbau

14 Maret 2011 | 12:59 wib
Tolak Bala Bencana Merapi, Tanam Kepala Sepasang Kerbau
image
TANAM KEPALA KERBAU: Warga tengah menanam kepala sepasang kerbau dalam prosesi tolak bala bencana Merapi di kawasan Jurangjero, Srumbung, Magelang, Minggu (13/3). (SM CyberNews/ Tuhu Prihantoro)
LANGIT di atas kawasan Merapi, Minggu (13/3) sejak pagi gelap. Belasan warga Srumbung, Magelang, beriringan menuju kawasan Jurangjero. Tepatnya Dam Lampean di aliran Kali Putih.
Mereka melaksanakan prosesi ritual tolak bala. Dalam rangka itu, mereka membawa kepala sepasang kerbau jantan dan betina serta sesaji. Kepala kerbau itu ditanam di sana.
Ketua Komunitas Peduli Merapi 894, Suharno SSos, mengatakan, bahwa upacara tolak bala ini sesuai dengan tradisi kebudayaan Jawa. Tujuannya, memberikan keseimbangan dan semangat kepada masyarakat, baik yang sedang berada di tempat pengungsi, di rumah maupun dalam perjalanan.
Juga kesimbangan antara manusia dan alam sekitarnya. “Karena bagaimanapun bencana tidak lepas dari perbuatan manusia yang sering menyalahgunakan rezeki dari Tuhan," katanya.
Adapun mujahadah dilaksanakan siang itu  di rumah Kepala Desa Kaliurang, Kiptiyah, dipimpin secara bergantian oleh Wakil Bupati Magelang HM Zaenal Arifin SH dan KH Andul Hadi. Prosesi dimulai dari Dusun Srikaton, Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung. Selain dua kepala kerbau, mereka membawa sesaji bunga tujuh rupa, hasil bumi serta jajan pasar (makanan yang banyak dijual di pasar).
Ritual dimaksudkan untuk meruwat Gunung Merapi berikut sungai-sungai yang berhulu di kaki gunung berapi tersebut, agar tidak lagi menimbulkan bencana. “Karena erupsi dan banjir lahar terus menerus telah menimbulkan kekhawatiran, kepanikan dan ketakutan masyarakat. Lebih-lebih datangnya bencana sulit diperkirakan,” kata Ki Damar, yang memimin ritual itu.
Komunitas Peduli Merapi 894 Srumbung, pemrakarsa ritual itu, dalam bentuk doa bersama memohon kepada Tuhan agar tak lagi terjadi banjir lahar. Karena diperkirakan banjir lahar masih akan terjadi tiga musim hujan ke depan.
Menurut kepercayaan nenek moyang warga setempat, sepasang kepala kerbau sebagai simbul kerendahan hati manusia. Kerbau adalah ternak petani yang digunakan untuk alat bantu mengolah tanah. Sementara korban banjir lahar kebanyakan kalangan petani, tak hanya kehilangan rumahnya, tetapi juga lahan pertanian serta mata pencahariannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar